Ejaan
Yang Disempurnakan
A.
Pengertian
Ejaan yang
disempurnakan adalah ejaan bahasa indonesia yang berlaku sejak tahun 1972.
Ejaan ini menggantikan ejaan sebelumnya, Ejaan Republik atau Ejaan
Soewandi. Ejaan adalah seperangkat aturan tentang cara menuliskan bahasa dengan
menggunakan huruf, Kata, dan tanda baca sebagai sarananya. Batasan tersebut
menunjukan pengertian kata ejaan berbeda dengan kata mengeja.
Mengeja
adalah kegiatan melafalkan huruf, suku kata, atau kata; sedangkan ejaan adalah
suatu sistem aturan yang jauh lebih luas dari sekedar masalah pelafalan. Ejaan
mengatur keseluruhan cara menuliskan bahasa.
Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi
keteraturan dan keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan
bentuk akan berimplikasi pada ketepatan dan kejelasan makna. Ibarat sedang
mengemudi kendaraan, ejaan adalah rambu lalu lintas yang harus dipatuhi oleh
setiap pengemudi. Jika para pengemudi mematuhi rambu-rambu yang ada,
terciptalah lalu lintas yang tertib dan teratur. Seperti itulah kira-kira
bentuk hubungan antara pemakai bahasa dengan ejaan.
B.
Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia
Bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional lahir pada awal tahun dua puluhan. Namun dari
segi ejaan, bahasa indonesia sudah lama memiliki ejaan tersendiri. Berdasarkan
sejarah perkembangan ejaan, sudah mengalami perubahan sistem ejaan, yaitu:
1. Ejaan Van Ophuysen
Ejaan ini
mulai berlaku sejak bahasa Indonesia lahir dalam awal tahun dua puluhan. Ejaan
ini merupakan warisan dari bahasa Melayu yang menjadi dasari bahasa Indonesia.
2. Ejaan Suwandi
Setelah ejaan Van Ophuysen diberlakukan, maka muncul ejaan yang menggantikan, yaitu ejaan Suwandi. Ejaan ini berlaku mulai tahun 1947 sampai tahun 1972.
3. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Ejaan ini mulai berlaku sejak tahun 1972 sampai sekarang. Ejaan ini merupakan penyempurnaan yang pernah berlaku di Indonesia.
Ejaan yang Disempurnakan (EYD) diterapkan secara resmi mulai tanggal 17 Agustus 1972 dengan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor : 57/1972 tentang peresmian berlakunya “Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan”. Dengan berlakunya EYD, maka ketertiban dan keseragaman dalam penulisan bahasa Indonesia diharapkan dapat terwujud dengan baik.
PERUBAHAN PEMAKAIAN HURUF
DALAM TIGA EJAAN BAHASA INDONESIA
Ejaan yang Disempurnakan (EYD)
(mulai 16 Agustus 1972)
|
Ejaan Republik
(Ejaan Soewandi)
1947-1972
|
Ejaan Ophuysen
(1901-1947)
|
Khusu
Jumat
Yakni
|
Chusus
Djum’at
Jakni
|
Choesoes
Djoem’at
Ja’ni
|
C.
RUANG LINGKUP EJAAN YANG DISEMPURNAKAN (EYD)
Ruang
lingkup EYD mencakup lima aspek yaitu (1) pemakaian huruf, (2) penulisan huruf,
(3) penulisan kata, (4) penulisan unsur, dan (5) pemakaian tanda baca.
1)
Pemakaian Huruf
Ejaan bahasa
Indonesia Yang Disempurnakan (EYD) dikenal paling banyak menggunakan huruf
abjad. Sampai saat ini jumlah huruf abjad yang digunakan sebanyak 26 buah.
a.
Huruf Abjad
Abjad yang
digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf berikut. Nama
setiap huruf disertakan disebelahnya.
Huruf
|
Nama
|
Huruf
|
Nama
|
Huruf
|
Nama
|
A
a
B
b
C
c
D
d
E
e
F
f
G
g
H
h
I
i
|
a
be
ce
de
e
ef
ge
ha
i
|
J
j
K
k
L
l
M
m
N
n
O
o
P
p
Q
q
R
r
|
je
ka
el
em
en
o
pe
ki
er
|
S
s
T
t
U
u
V
v
W
w
X
x
Y
y
Z
z
|
Es
te
u
ve
we
eks
ye
zet
|
b.
Huruf Vokal
Huruf yang
melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan
u.
Huruf Vokal
|
Contoh pemakaian dalam kata
|
||
Di awal
|
Di tengah
|
Di akhir
|
|
A
e
i
o
u
|
api
enak
itu
oleh
ulang
|
padi
petak
simpan
kota
bumi
|
lusa
sore
murni
radio
ibu
|
c.
Huruf Konsonan
Huruf yang
melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c,
d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
Huruf konsonan
|
Contoh pemakaian dalam kata
|
||
Di awal
|
Di tengah
|
Di akhir
|
|
B
c
d
f
g
h
j
k
l
m
n
p
q
r
s
t
v
w
x
y
z
|
bahasa
cakap
dua
fakir
guna
hari
jalan
kami
lekas
maka
nama
pasang
Quran
raih
sampai
tali
varia
wanita
xenon
yakin
zeni
|
sebut
kaca
ada
kafan
tiga
saham
manja
paksa
alas
kami
anak
apa
Furqan
bara
asli
mata
lava
hawa
-
payung
lazim
|
adab
-
abad
maaf
balig
tuah
mikraj
politik
kesal
diam
daun
siap
-
putar
lemas
rapat
-
-
-
-
juz
|
d.
Huruf Diftong
Di dalam
bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.
Huruf Diftong
|
Contoh pemakaian dalam kata
|
||
Di awal
|
Di tengah
|
Di akhir
|
|
Ai
au
oi
|
ain
aula
-
|
syaitan
saudara
boikot
|
pandai
harimau
amboi
|
e.
Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam
bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan,
yaitu : kh, ng, ny, dan sy.Masing-masing melambangkan satu bunyi
konsonan.
Gabungan huruf konsonan
|
Contoh pemakaian dalam kata
|
||
Di awal
|
Di tengah
|
Di akhir
|
|
Kh
ng
ny
sy
|
khusus
ngilu
nyata
syarat
|
akhir
bangun
hanyut
isyarat
|
tarikh
senang
-
arasy
|
2) Penulisan Huruf
Dua hal yang
harus diperhatikan dalam penulisan huruf berdasarkan EYD, yaitu (1) penulisan
huruf besar, dan (2) penulisan huruf miring. Lebih jelasnya dapat dilihat pada
pembahasan berikut :
a. Penulisan Huruf Besar (Kapital)
Kaidah penulisan huruf besar dapat
digunakan dalam beberapa hal, yaitu :
1) Digunakan sebagai huruf pertama kata
pada awal kalimat.
Misalnya :
Dia menulis surat di kamar.
Tugas bahasa Indonesiasudah dikerjakan.
2) Digunakan
sebagai huruf pertama petikan langsung.
Misalnya :
Ayah bertanya, “Apakah
mahasiswa sudah libur?”.
“Kemarin engkau terlambat”,
kata ketua tingkat.
3) Digunakan sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang
berhubungan dengan nama Tuhan, kata ganti Tuhan, dan nama kitab suci.
Misalnya :
Allah Yang Maha kuasa lagi Maha
penyayang.
Terima kasih atas bimbingan-Mu
ya Allah.
4) Digunakan sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan
, keturunan, keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya :
Raja Gowa adalah Sultan
Hasanuddin.
Kita adalah pengikut Nabi
Muhammad saw.
5) Digunakan sebagai huruf pertama unsur nama jabatan dan
pangkat yang diikuti nama orang, pengganti nama orang tertentu, nama instansi,
dan nama tempat.
Misalnya :
Wakil Presiden Yusuf Kalla memberi bantuan
mobil.
Laksamana Muda Udara Abd. Rahman telah
dilantik.
Dia diangkat menjadi Sekretaris
Jenderal Depdiknas.
Bapak Gubernur Sulawesi
Selatan menerima laporan korupsi.
6) Digunakan sebagai huruf pertama
unsur nama orang.
Misalnya :
Nurhikmah
Dewi Rasdiana Jufri
7) Digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku
bangsa, dan nama bahasa.
Misalnya :
bangsa Indonesia
suku Sunda
bahasaInggris
8) Digunakan sebagai huruf pertama nama tahun, bulan,
hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
Misalnya :
tahun Hijriyah
hari Jumat
bulan Desember
hari Lebaran
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
9) Digunakan sebagai huruf pertama nama
geografi unsur nama diri.
Misalnya :
Laut Jawa
Jazirah Arab
Asia Tenggara
Tanjung Harapan
10) Digunakan
sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga pemerintah,
ketatanegaraan, dan nama dokumen resmi, kecuali terdapat kata penghubung.
Misalnya :
Republik Indonesia
Majelis Permusyawaratan Rakyat
11) Digunakan
sebagai huruf pertama penunjuk kekerabatan atau sapaan dan pengacuan.
Misalnya :
Surat Saudara sudah saya
terima.
Mereka pergi ke rumah Pak
Lurah.
12) Digunakan sebagai huruf pertama kata
ganti Anda.
Misalnya :
Surat Anda telah saya balas.
Sudahkah Anda sholat?
13) Digunakan
sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat dan sapaan.
Misalnya :
Dr.
doktor
S.H.
sarjana hukum
14) Digunakan sebagai huruf pertama setiap unsur
bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, serta dokumen resmi.
Misalnya:
Perserikatan Bangsa-Bangsa
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia.
15) Digunakan
sebagai huruf pertama semua kata di dalam judul, majalah, surat kabar,
dan karangan ilmiah lainnya, kecuali kata depan dan kata penghubung.
Misalnya :
Bacalah majalah Bahasa dan Sastra.
Ia menyelesaikan makalah “Asas-Asas
Hukum Perdata”.
b. Penulisan Huruf Miring
Huruf miring digunakan untuk :
1) Menuliskan nama buku,
majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya :
Buku Negarakertagama karangan
Prapanca.
Majalah Suara Hidayatullah
sedang dibaca.
Surat kabar Pedoman Rakyat
akan dibeli.
2) Menegaskan dan mengkhususkan huruf, bagian
kata, kata, dan kelompok kata.
Misalnya :
Huruf pertama kata abad adalah a.
Dia bukan menipu, tetapi ditipu.
Buatlah kalimat dengan kata lapang
dada.
3) Menuliskan
kata nama ilmiah atau ungkapan asing.
Misalnya :
Politik devideet et impera
pernah merajalela di Indonesia.
3) Penulisan
Kata
Ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam penulisan kata, yaitu :
1. Kata Dasar
Kata dasar adalah kata yang belum mengalami perubahan bentuk, yang ditulis
sebagai suatu kesatuan.
Misalnya : Dia teman baik saya.
2. Kata Turunan (Kata berimbuhan)
Kaidah yang harus diikuti dalam
penulisan kata turunan, yaitu :
a. Imbuhan semuanya ditulis serangkai
dengan kata dasarnya.
Misalnya : membaca, ketertiban,
terdengar dan memasak.
b. Awalan dan akhrian ditulis serangkai dengan kata yang
langsung mengikuti atau mendahuluinya jika bentuk dasarnya berupa gabungan
kata.
Misalnya : bertepuk tangan, sebar
luaskan.
c. Jika bentuk dasarnya berupa gabungan kata dan
sekaligus mendapat awalan dan akhiran, kata itu ditulis serangkai.
Misalnya : menandatangani, keanekaragaman.
d. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai
dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya : antarkota, mahaadil,
subseksi, prakata.
3. Kata Ulang
Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda (-). Jenis-jenis
kata ulang yaitu :
a. Dwipurwa yaitu pengulangan suku kata awal.
Misalnya : laki
lelaki
b. Dwilingga yaitu pengulangan utuh atau secara
keseluruhan.
Misalny :
rumah rumah-rumah
c. Dwilingga salin suara yaitu pengulangan variasi fonem.
Misalnya : sayur
sayur-mayur
d. Pengulangan berimbuhan yaitu pengulangan yang mendapat
imbuhan.
Misalnya :
main bermain-main
4. Gabungan Kata
Gabungan kata lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus.
Bagian-bagiannya pada umumnya ditulis terpisah.
Misalnya :
mata kuliha, orang tua.
a. Gabungan kata, termasuk istilah khusus yang
menimbulkan kemungkinan salah baca saat diberi tanda hubung untuk menegaskan
pertalian di antara unsur bersangkutan.
Misalnya :
ibu-bapak, pandang-dengar.
b. Gabugan kata yang sudah dianggap sebgai satu kata
ditulis serangkai.
Misalnya :
daripada, sekaligus, bagaimana, barangkali.
Kata Ganti
(ku, mu, nya, kau)
Kata ganti ku dan kau ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya. Sedangkan kata ganti ku, mu, nya ditulis
serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya : kubaca, kaupinjam, bukuku, tasmu,
sepatunya.
5. Kata Depan (di, ke, dari)
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dengan
kata yang mengikutinya, kecuali pada gabungan kata yang dianggap padu sebagai
satu kata, seperti kepada dan daripada.
Misalnya : Jangan bermian di
jalan
Saya pergi ke kampung
halaman.
Dewi baru pulang dari kampus.
6. Kata Sandang (si dan sang)
Kata si dan sang
ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya : Nama si pengrimi
surat tidak jelas.
Anjing bermusuhan dengan sang
kucing.
7. Partikel
Partikel merupakan kata tugas yang mempunyai bentuk yang khusus, yaitu
sangat ringkas atau kecil dengan mempunyai fungsi-fungsi tertentu. Kaidah
penulisan partikel sebagai berikut :
a. Partikel –lah, -kah, dan –tah
ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya :
Bacalah buku itu baik-baik!
Apakah
yang dipelajari minggu lalu?
Apatah
gerangan salahku?
b. Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang
mendahuluinya kecuali yang dianggap sudah menyatu.
Misalnya :
Jika ayah pergi, ibu pun ikut pergi.
c. Partikel per yang berarti memulai, dari dan
setiap. Partikel per ditulis terpisah dengan bagian-bagian kalimat yang
mendampinginya.
Misalnya :
Rapor siswa dilihat per semester.
8.
Singkatan dan Akronim
a. Singkatan adalah nama bentuk yang dipendekkan yang
terdiri atas satu kata atau lebih.
Misalnya :
dll = dan lain-lain
yth = yang
terhormat
b. Akronim adalah singkatan yang berupa gabungan huruf
awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata
yang diperlakukan sebagai kata.
Misalnya :
SIM = Surat Izin Mengemudi
IKIP =
Institut Keguruan dan Ilmu pendidikan
9.
Angka dan Lambang Bilangan
Dalam bahasa Indonesia ada dua macam angka yang lazim digunakan , yaitu :
(1) Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, dan (2) Angka Romawi : I,
II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X.
Lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut :
1) Bilangan utuh. Misalnya :
15 lima belas
2) Bilangan pecahan. Misalnya : 3/4
tiga perempat
3) Bilangan tingakt. Misalnya : Abad II
Abad ke-2
4)
Kata bilagan yang mendapat akhiran –an.
Misalnya : tahun 50-an lima
puluhan
5)
Angka yang mneyatakan bilagnan bulat yang besar dapat
dieja sebagian supaya mudah dibaca.
Misalnya :
Sekolah itu baru mendapat bantuan 210 juta rupiah.
6) Lambang bilangan letaknya pada awal kalimat ditulis
dengan huruf. Kalau perlu diupayakan supaya tidak diletakkan di awal kalimat
dengan mengubah struktur kalimatnya dan maknanya sama.
Misalnya :
Dua puluh lima siswa SMA tidak lulus. (benar)
55 siswa SMA
1 tidak lulus. (salah)
7) Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu
atau dua kata ditulis dengan huruf, kecuali beberapa dipakai secara berurutan
seperti dalam perincian atau pemaparan.
Misalnya :
Amir menonton pertunjukan itu selama dua kali.
4) Penulisan
Unsur Serapan
Dalam hal
penulisan unsur serapan dalam bahasa Indonesia, sebagian ahli bahasa
Indonesia menganggap belum stabil dan konsisten. Dikatakan demikian karena
pemakai bahasa Indonesia sering begitu saja menyerap unsur asing tanpa
memperhatikan aturan, situasi, dan kondisi yang ada. Pemakai bahasa seenaknya
menggunakan kata asing tanpa memproses sesuai dengan aturan yang telah
diterapkan.
Penyerapan
unsur asing dalam pemakaian bahasa indonesia dibenarkan, sepanjang: (a) konsep
yang terdapat dalam unsur asing itu tidak ada dalam bahasa Indonesia, dan (b)
unsur asing itu merupakan istilah teknis sehingga tidak ada yang layak mewakili
dalam bahasa Indonesia, akhirnya dibenarkan, diterima, atau dipakai dalam
bahasa Indonesia. sebaliknya apabila dalam bahasa Indonesia sudah ada unsur
yang mewakili konsep tersebut, maka penyerapan unsur asing itu tidak perlu
diterima.
Menerima
unsur asing dalam perbendaharaan bahasa Indonesia bukan berarti bahasa
Indonesia ketinggalan atau miskin kosakata. Penyerapan unsur serapan asing
merupakan hal yang biasa, dianggap sebagai suatu variasi dalam penggunaan
bahasa Indonesia. Hal itu terjadi karena setiap bahasa mendukung kebudayaan
pemakainya. Sedangkan kebudayaan setiap penutur bahasa berbeda-beda anatar satu
dengan yang lain. Maka dalam hal ini dapat terjadi saling mempengaruhi yang
biasa disebut akulturasi. Sebagai contoh dalam masyarakat penutur bahasa
Indonesia tidak mengenal konsep “radio” dan “televisi”, maka diseraplah dari
bahasa asing (Inggris). Begitu pula sebaliknya, di Inggris tidak mengenal
adanya konsep “bambu” dan “sarung”, maka mereka menyerap bahasa Indonesia
itu dalam bahasa Inggris.
Berdasarkan
taraf integritasnya, unsur serapan dalam bahasa Indonesia dikelompokkan dua
bagian, yaitu :
1. Secara adopsi, yaitu apabila unsur asing itu diserap
sepenuhnya secara utuh, baik tulisan maupun ucapan, tidak mengalami perubahan.
Contoh yang tergolong secara adopsi, yaitu : editor, civitas academica, de
facto, bridge.
2. Secara
adaptasi, yaitu apabila unsur asing itu sudah disesuaikan ke dlaam kaidah
bahasa Indonesia, baik pengucapannya maupun penulisannya. Salah satu contoh
yang tergolong secara adaptasi, yaitu : ekspor, material, sistem, atlet,
manajemen, koordinasi, fungsi.
5) Pemakaian
Tanda Baca
1. Tanda
Titik (.)
Penulisan tanda titik di pakai pada :
a. Akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan
b. Akhir singkatan nama orang.
c. Akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
d. Singkatan atau ungkapan yang sudah sangat umum.Bila
singkatan itu terdiri atas tiga hurus atau lebih dipakai satu tanda titik saja.
e. Dipakai untuk memisahkan bilangan atau
kelipatannya.
f. Memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu.
g. Dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu
bagan, ikhtisar, atau daftar.
h. Tidak dipakai pada akhir judulyang merupakan kepala
karangan atau ilustrasi dan tabel.
2. Tanda koma (,)
Kaidah penggunaan
tanda koma (,) digunakan :
a. Antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
pembilangan.
b. Memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat
setara berikutnya yang didahului oleh kata tetapi atau melainkan.
c. Memisahkan anak kalimat atau induk kalimat jika anak
kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
d. Digunakan dibelakang kata atau ungkapan penghubung
antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk kata : (1) Oleh
karena itu, (2) Jadi, (3) lagi pula, (4) meskipun begitu, dan (5) akan tetapi.
e. Digunakan untuk memisahkan kata seperti : o, ya, wah,
aduh, dan kasihan.
f. Memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat.
g. Dipakai diantara : (1) nama dan alamat, (2)
bagina-bagian alamat, (3) tempat dan tanggal, (4) nama dan tempat yang
ditulis secara berurutan.
h. Dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara
rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
i. Dipakai antara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau
marga.
j. Menghindari terjadinya salah baca di belakang
keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
k. Dipakai di antara bagian nama yang dibalik susunannya
dalam daftar pustaka.
l. Dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang
sifatnya tidak membatasi.
m. Tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari
bagian lain yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir
dengan tanda tanya atau seru.
3. Tanda Titik Tanya ( ? )
Tanda tanya
dipakai pada :
a. Akhir kalimat tanya.
b. Dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian
kalimat yang diragukan atau kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
4. Tanda Seru ( ! )
Tanda seru dugunakan sesudah ungkapan atau pertanyaan
yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kseungguhan,
ketidakpercayaan, dan rasa emosi yang kuat.
5. Tanda Titik
Koma ( ; )
Tanda titik
koma dipakai :
a. Memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan
setara.
b. Memisahkan kalimat yang setara dalam kalimat majemuk
sebagai pengganti kata penghubung.
6. Tanda Titik
Dua ( : )
Tanda titik
dua dipakai :
a. Sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemberian.
b. Pada akhir suatu pertanyaan lengkap bila diikuti
rangkaian atau pemerian.
c. Di dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan
pelaku dalam percakapan.
d. Di antara jilid atau nomor dan halaman.
e. Di antara bab dan ayat dalam kitab suci.
f. Di antara judul dan anak judul suatu karangan.
g. Tidak dipakai apabila rangkaian atau pemerian itu
merupakan pelengkap yang mengakhiri pernyataan.
7. Tanda Elipsis (…)
Tanda ini menggambarkan kalimat-kalimat yang
terputus-putus dan menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang
dibuang. Jika yang dibuang itu di akhir kalimat, maka dipakai empat titik
dengan titik terakhir diberi jarak atau loncatan.
8. Tanda Garis Miring ( / )
Tanda garis
miring ( / ) di pakai :
a. Dalam penomoran kode surat.
b. Sebagai pengganti kata dan,atau, per, atau
nomor alamat.
9. Tanda Penyingkat atau Apostrof ( ‘)
Tanda
penyingkat menunjukkan penghilangan sebagian huruf.
10. Tanda Petik
Tunggal ( ‘…’ )
Tanda petik
tunggal dipakai :
a. Mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
b. Mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan
asing.
11.
Tanda Petik ( “…” )
Tanda petik
dipakai :
a.
Mengapit kata atau bagian kalimat yang mempunyai arti
khusus, kiasan atau yang belum dikenal.
b. Mengapit judul karangan, sajak, dan bab buku, apabila
dipakai dalam kalimat.
c.
Mengapit petikan langsung yang berasal dari
pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain.
BalasHapusKAMI TUNGGU KEHADIRAN PARA TAIPAN UNTUK GABUNG BERSAMA KAMI!! CUKUP DENGAN DEPOSIT 20RIBU,BISA BERMAIN 7GAMES IN 1!!
SEMUA PROSES STOR TARIK DANA CEPAT DAN MUDAH!! PELAYANAN TERBAIK!! 100% FAIR PLAY!! NO ROBOT!! PLAYER VS PLAYER!! SEMUA BISA MENANG!!!
TAIPAN COMPANY