Sabtu, 24 Mei 2014

Diksi dan Gaya Bahasa



Pengertian Diksi
Diksi atau pilihan kata adalah hasil dari upaya memilih kata yang tepat untuk dipakai dalam suatu tuturan bahasa.
Diksi bukan sekedar memilih yang tepat tetapi untuk menentukan kata mana yang cocok digunakan dalam kalimat yang maknanya tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang diakui masyarakat.
Contohnya : kata mati, yang bermakna meninggal, wafat, kembali ke haribaan tuhan.
Syarat syarat diksi
     1.     Ketepatan pemilihan kata
Indikator ketepatan pemilihan kata antara lain:
a.  Mengomunikasikan gagasan berdasarkan pilihan kata yang tepat dan sesuai berdasarkan kaidah bahasa Indonesia.
b.    Menghasilkan komunikasi puncak (yang paling efektif)
c.  Menghasilkan respon pembaca atau pendengar sesuai dengan harapan penulis atau pembaca.
d.    Menghasilkan target komunikasi yang diharapkan.
Ketepatan pemilihan kata terdiri dari beberapa pilihan kata yaitu:
1.     Denotatif dan konotatif
                              Denotatif adalah makna wajar yang sesuai dengan apa adanya.
Contohnya: makan bermakna memasukkan sesuatu ke dalam mulut, dikunyah dan ditelan. Makna kata makan seperti ini adalah makna denotatif.
Konotatif adalah makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial pribadi dan kriteria tambahan yang dikenakan pada sebuah makna konseptual. Makna konotatif tidak tetap.
Contohnya: kamar kecil mengacu pada kamar yang kecil (denotatif), tetapi kamar kecil berarti jamban (konotatif).
2.    Kata umum dan kata khusus
Kata umum adalah kata yang cakupan maknanya lebih luas atau disebut hipernim.
Kata khusus adalah kata yang cakupan maknanya lebih sempit atau terbatas atau disebut hiponim.
          Contoh:
          Kata umum: melihat
Kata khusus: menyaksikan, meneliti, memeriksa, menonton, melirik, melotot.
3.    Sinonim, homofon dan homograf
a. Sinonim adalah kata-kata yang mempunyai makna yang sama atau mirip.
Contoh: muka, paras, wajah, tampang.
b. Homofon adalah kelompok kata yang mempunyai kesamaan bunyi, tetapi tulisan berbeda dan maknanya pun berbeda.
Contoh: bank (tempat menyimpan uang), bang (kakak).
c. Homograf adalah kelompok kata yang mempunyai kesamaan huruf tetapi pengucapannya berbeda dan maknanya berbeda.
Contoh: teras(inti-e keras) dan teras (beranda rumah-e lemah).
4.    Abstrak dan konkret
Kata yang acuannya mudah diserap oleh panca indra disebut kata konkret.
          Contoh: lemari, kursi, mobil, tampan.
Jika acuannya sebuah kata tidak mudah diserap pancaindra, kata itu disebut kata abstrak.
          Contoh kalimat:
a. Pegawai negri RI mendapatkan kenaikan sepuluh persen (kata konkret).
b. Kebaikan (kata abstrak) seseorang kepada orang lain bersifat abstrak. (tidak berwujud atau tidak berbentuk).
c.    Kebenaran (kata abstrak) pendapat itu tidak terlalu tampak.
5.    Jargon dan slang
Jargon adalah kata-kata yang digunakan secara terbatas dalam bidang ilmu, profesi, atau kelompok.
Contoh: sikon (situasi dan kondisi), dok (dokter).
Slang adalah kata-kata yang tidak baku yang dibentuk secara khas sebagai cetusan keinginan untuk tampil beda, jika telah using akan muncul kata-kata baru.
Contoh: asoi, mana tahan, meneketehe.
6.    Perubahan makna
Ada beberapa jenis perubahan makna terdiri dari:
a.     Generalisasi
b.    Spesialisasi
c.    Perubahan total
d.    Ameliorasi
e.    Peyorasi
f.    Sinestesia
g.    Asosiasi
Syarat syarat diksi
     2.    Kesesuaian kata
Syarat kesesuaian kata, sebagai berikut:
a.  Menggunakan ragam baku dengan cermat dan tidak mencampur adukan dengan kata tidak baku yang digunakan dalam pergaulan.
Contoh: hakikat (baku) : hakekat (tidak baku)
b.    Menggunakan kata yang nakan kata ber dengan nilai sosial dengan cermat.
Contoh: kencing(kurang sopan) : buang air kecil (lebih sopan)
c.    Menggunakan kata berpasangan dan berlawanan makna dengan cermat.
Contoh: sesuai bagi (salah) : sesuai dengan (benar)
d.    Menggunakan kata dengan suasana tertentu,
Contoh: berjalan lambat, mengesot dan merangkak.
e.   Menggunakan kata ilmiah untuk penulisan karya ilmiah dan komunikasi non ilmiah menggunakan kata populer.
Contoh: argumentasi (ilmiah), pembuktian (populer)
f.     Menghindarkan penggunaan ragam lisan (pergaulan) dalam bahasa tulis.
Contoh: tulis, baca, kerja (bahasa lisan) : menulis, membaca, mengerjakan (bahasa tulis)
Gaya bahasa
Gaya bahasa adalah penggunaan kata kiasan dan perbandingan  yang tepat untuk mengungkapkan perasaan dan pikiran dengan maksud tertentu, gaya bahasa berguna untuk menimbulkan keindahan dalam karya sastra atau dalam berbicara.
Macam macam gaya bahasa
1.     Gaya bahasa penegasan
a. Inversi: adalah gaya bahas yang berupa susunan kalimat terbalik dari subyek-predikat menjadi predikat-subjek.
Contoh: indah benar pemandangannya.
b. Retoris: gaya bahasa berupa kalimat tanya yang tidak memerlukan jawaban.
Contoh: bukankah tugas kalian masih banyak?
c. Koreksio: gaya bahasa yang mengoreksi kata-kata yang dianggap salah dengan kata-kata pembetulannya.
Contoh: dia sedang tidur,oh ternyata sedang di kamar kecil.
d. Repetisi: gaya bahasa dengan mengulang ulang kata atau kelompok kata. Repetisi sering digunaka dalam pidato.
Contoh: kita harus berusaha, kita harus belajar, kita harus bisa sehingga kita harus pintar.
e. Paralelisme: gaya bahasa dengan pengulangan yang sering dipakai dalam puisi. Dapat dibedakan menjadi dua yaitu anafora dan epifora.
f. Enomerasio: gaya bahasa yang menyebutkan beberapa peristiwa saling berkaitan sehingga membentuk satu kesatuan.
Contoh: bintang-bintang gemerlapan, rembulan bersinar, angin berembus sepoi-sepoi.
g. Klimaks: gaya bahasa yang mengungkapkan bebrapa hal secara berturut-turut semakin memuncak.
Contoh: sejak detik,menit,jam dan hari ini saya tidak merokok lagi.
h. Antiklimaks: gaya bahasa yang menyatakan beberapa hal secara berturut-turut semakin menurun.
Contoh: jangan seribu, seratus, serupiah bahkan sesen pun aku tidak membawa uang.
i. Asidenton: gaya bahasa yang menjelaskan beberapa hal sederjat secara berturut-turut tanpa kata penghubung.
Contoh: baju, celana, kaos, sarung dan kaos kaki dicuci semuanya.
j. Polisidenton: gaya bahasa yang menjelaskan beberapa hal sederajat secara berturut-turut dengan kata penghubung,
Contoh: buku cerita dan sepatu serta tas dibeli oleh kakak untuk adik.
k. Pleonasme: gaya bahasa yang menggunakan kata tambahan secara berlebihan
Contoh: anak-anak sedang turun ke bawah.
l. Tautologi: gaya bahasa dengan pengulangan kata,kelompok kata, atau sinonimnya.
Contoh: datang, Datanglah malam ini juga wahai sahabatku.
m. Praterito: gaya bahasa yang menyembunyikan maksud agar ditebak oleh pembaca atau pendengarnya.
Contoh: senang sekali bisa diterima kuliah di UGM. Kelak kalian dapat merasakan sendiri.
n. Elipsis: gaya bahasa yang menggunakan kalimat elips (kalimat tidak lengkap).
Contoh: ayo, tidur! (maksudnya: ayo, anak-anak tidur!)
o. Interupsi: gaya bahasa yang menggunakan kata atau kelompok kata yang disisipkan untuk menjelaskan sesuatu.
Contoh: buku ini, yang ku cari selama ini, yang kudapatkan dari seorang teman.
p. Ekslamasio: gaya bahasa yang menggunakan kata seru. Yang termasuk kata seru di antaranya, yaitu ah, aduh, amboi, astaga, awas, oh, wah.
Contoh: awas, ada anjing galak!
2.    Gaya bahasa perbandingan
a. Tropen: gaya bahasa yang menggunakan kata atau istilah lain dalam istilah sejajar.
Contoh: pikirannya melambung tinggi (sejajar dengan memikirkan hebat-hebat).
b. Simbolik: gaya bahasa yang menggunakan perbandingan simbol (lambang) benda, binatang, atau tumbuhan.
Contoh: lintah darat harus dibasmi.
c. Antonomasia: gaya bahasa yang menggunakan kata (sebutan) tertentu untuk menggantikan nama orang atau sebaliknya.
Contoh: kartini adalah Srikandi Indonesia.
d. Alusio: gaya bahasa yang mengggunakan ungkapan.pribahasa, atau sampiran pantun secara lazim.
Contoh: petugas itu dijasikan kambing hitam.
e. Eufismisme: gaya bahasa yang menggunakan kata atau kelompok kata penghalus.
Contoh: ia sedang ke kamar belakang (kamar belakang penghalus dari WC).
f. Litotes: gaya bahasa yang menggunakan kata berlawanan untuk merendahkan diri.
Contoh: ayo mampir ke gubuk kami (rumah).
g. Hiperbola: gaya bahasa yang menyatakan sesuatu secara berlebihan.
Contoh: tawanya menggelegar hingga membelah bumi.
h. Perifrasis: gaya bahasa yang menggunakan suatu kata atau kelompok kata dengan kata atau kelompok lain.
Contoh: aku merasa senang dapat belajar di kota pelajar (Yogyakarta).
i. Personifikasi: gaya bahasa yang menggambarkan benda mati seolah-olah hidup atau bernyawa.
Contoh: Buih laut menjilat pantai.
j. Sinekdoke: gaya bahsa yang menyebutkan sebagian, tetapi yang dimaksud ialah seluruh bagian atau sebaliknya.
1. Pars protato: gaya bahsa yang menyatakan sebagian, tetapi untuk seluruhb bagian.
Contoh: setiap kepala harus membayar uang dua ribu rupiah (setiap kepala: setiap orang).
2. Totem proparte: gaya bahsa yang menyatakan seluruh bagian untuk sebagian.
Contoh: Flu burung menyerang Indonesia. (maksudnya penyakit flu burung menyerang beberapa orang Indonesia).
k. Metonimia: gaya bahasa yang menggunakan suatu nama barang,tetpi yang dimaksud adalah benda lain.
Contoh: setiap hari aku minum aqua (maksudnya adalah air minum)
l. Alegori: gaya bahasa yang membandingkan kehidupan manusia dengan alam secara utuh.
Contoh: keduanya selamatlah sampai di pantai yang dituju. (maksudnya mencapai kehidupan yang bahagia).
m. Metafora: gaya bahasa yang menggunakan kata atau elompok kata dengan arti bukan sesungguhnya untuk membandingkan suatu benda lainnya.
Contoh: si jantung hatinya telah pergi tanpa pesan (jantung hati kekasih)
n. Simile: gaya bahasa yang menggunakan kata-kata perbandingan antara lain seperti bak umpama, laksana, bagaikan.
Contoh: wajah kedua orang itu bagaikan dibelah dua.

3.    Gaya bahasa pertentangan
a. Paradoks: gaya bahasa yang mengandung dua pernyataan saling bertentangan,tetapu mengandung kebenaran.
          Contoh: hatinya bersedih dihari ulang tahunnya yang meriah ini.
b. Antisesis: gaya bahasa yang menggunakan paduan harta dengan arti bertentangan.
          Contoh: kaya atau miskin sama dihadapan Tuhan.
c. Anokronisme: gaya bahasa yang pernyataannya tidak sesuai dengan pristiwa.
         Contoh: kerajaan majapahit runtuh karena diserang Sriwijaya.
d. Kontradiksio: gaya bahasa yang mengandung pertentangan.
          Contoh: semua pengunjung dilarang masuk kecuali petugas.
e. Okupasi: gaya bahasa yang mengandung pertentangan, tetapi diberi penjelasan.
          Contoh: dulunya ia anak bandel, tetapi sekarang ia baik.
4.    Gaya bahasa sindiran
a. Ironi: gaya bahasa sindiran yang halus.
Contoh: harum benar bau badanmu, sudah dua hari kamu belum mandi.
b. Sinisme: gaya bahasa sindiran yang agak kasar.
        Contoh: aku muak setiap melihat mukanya.
c. Sarkasme: gaya bahasa sindiran yang sangat kasar.
        Contoh: benar-benar kamu badak.
d. Antifrasis: gaya bahasa ironi dengan kata atau kelompok kata yang berlawanan.
          Contoh: “lihatlah si gendut ini”, ketikas si kurus datang.
e. Inuendo: gaya bahasa sindiran yang mengecilkan kenyataan sebenarnya.
        Contoh: jangan heran bahwa ia menjadi kaya karena pelit.
Idiom dan ungkapan idiomatis
Idiom adalah unkapan bahasa yang artinya tidak secara langsung dapat dijabarkan dari unsur-unsurnya, misalnya gulung tikar, adu domba, muka tembok, tidak boleh dipertukarkan susunannnya menjadi tikar gulung, domba adu, tembok muka karena tiga kelompok kata yang terakhir bukan idiom.
Kedua contoh kata dibawah ini belum idiomatik.
1.     Polisi bertemu maling
2.    Berita selengkapnya dibacakan Tiara Indrian
Seharusnya:
1.     Polisi bertemu dengan maling.
2.    Berita selengkapnya dibacakan oleh Tiara Indrian.
Jadi, dalam hal pemakaian kata ada kalanya kita perlu memperhatikan kata berpasangan karena kedua kata itu secara bersama dapat menciptakan ungkapan idiomatik.