Pengertian Diksi
Diksi atau pilihan kata
adalah hasil dari upaya memilih kata yang tepat untuk dipakai dalam suatu
tuturan bahasa.
Diksi bukan sekedar
memilih yang tepat tetapi untuk menentukan kata mana yang cocok digunakan dalam
kalimat yang maknanya tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang diakui
masyarakat.
Contohnya : kata mati,
yang bermakna meninggal, wafat, kembali ke haribaan tuhan.
Syarat syarat diksi
1.
Ketepatan pemilihan kata
Indikator ketepatan
pemilihan kata antara lain:
a. Mengomunikasikan gagasan
berdasarkan pilihan kata yang tepat dan sesuai berdasarkan kaidah bahasa
Indonesia.
b.
Menghasilkan komunikasi
puncak (yang paling efektif)
c. Menghasilkan respon
pembaca atau pendengar sesuai dengan harapan penulis atau pembaca.
d.
Menghasilkan target
komunikasi yang diharapkan.
Ketepatan pemilihan kata
terdiri dari beberapa pilihan kata yaitu:
1.
Denotatif dan konotatif
Denotatif adalah makna
wajar yang sesuai dengan apa adanya.
Contohnya: makan bermakna memasukkan sesuatu ke dalam mulut,
dikunyah dan ditelan. Makna kata makan seperti ini adalah makna denotatif.
Konotatif adalah makna
yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial pribadi dan kriteria tambahan yang
dikenakan pada sebuah makna konseptual. Makna konotatif tidak tetap.
Contohnya: kamar kecil mengacu pada kamar yang kecil (denotatif), tetapi kamar
kecil berarti jamban (konotatif).
2. Kata
umum dan kata khusus
Kata
umum adalah kata yang cakupan maknanya lebih luas atau disebut hipernim.
Kata
khusus adalah kata yang cakupan maknanya lebih sempit atau terbatas atau
disebut hiponim.
Contoh:
Kata umum: melihat
Kata khusus: menyaksikan, meneliti,
memeriksa, menonton, melirik, melotot.
3. Sinonim,
homofon dan homograf
a. Sinonim adalah kata-kata yang mempunyai
makna yang sama atau mirip.
Contoh: muka, paras, wajah, tampang.
b. Homofon adalah kelompok kata yang
mempunyai kesamaan bunyi, tetapi tulisan berbeda dan maknanya pun berbeda.
Contoh: bank (tempat menyimpan uang),
bang (kakak).
c. Homograf adalah kelompok kata yang
mempunyai kesamaan huruf tetapi pengucapannya berbeda dan maknanya berbeda.
Contoh: teras(inti-e keras) dan
teras (beranda rumah-e lemah).
4. Abstrak
dan konkret
Kata
yang acuannya mudah diserap oleh panca indra disebut kata konkret.
Contoh: lemari, kursi, mobil, tampan.
Jika
acuannya sebuah kata tidak mudah diserap pancaindra, kata itu disebut kata
abstrak.
Contoh kalimat:
a. Pegawai
negri RI mendapatkan kenaikan sepuluh persen (kata konkret).
b. Kebaikan
(kata abstrak) seseorang kepada orang lain bersifat abstrak. (tidak berwujud
atau tidak berbentuk).
c. Kebenaran
(kata abstrak) pendapat itu tidak terlalu tampak.
5. Jargon
dan slang
Jargon
adalah kata-kata yang digunakan secara terbatas dalam bidang ilmu, profesi,
atau kelompok.
Contoh: sikon (situasi dan kondisi), dok
(dokter).
Slang
adalah kata-kata yang tidak baku yang dibentuk secara khas sebagai cetusan
keinginan untuk tampil beda, jika telah using akan muncul kata-kata baru.
Contoh: asoi, mana tahan, meneketehe.
6. Perubahan
makna
Ada beberapa jenis perubahan makna terdiri dari:
a. Generalisasi
b. Spesialisasi
c. Perubahan
total
d. Ameliorasi
e. Peyorasi
f. Sinestesia
g. Asosiasi
Syarat syarat diksi
2. Kesesuaian kata
Syarat kesesuaian kata, sebagai berikut:
a. Menggunakan ragam baku dengan cermat
dan tidak mencampur adukan dengan kata tidak baku yang digunakan dalam
pergaulan.
Contoh: hakikat (baku) : hakekat (tidak baku)
b. Menggunakan kata yang nakan kata ber
dengan nilai sosial dengan cermat.
Contoh: kencing(kurang
sopan) : buang air kecil (lebih sopan)
c. Menggunakan kata berpasangan dan
berlawanan makna dengan cermat.
Contoh: sesuai bagi
(salah) : sesuai dengan (benar)
d. Menggunakan kata dengan suasana
tertentu,
Contoh: berjalan
lambat, mengesot dan merangkak.
e. Menggunakan kata ilmiah untuk
penulisan karya ilmiah dan komunikasi non ilmiah menggunakan kata populer.
Contoh: argumentasi
(ilmiah), pembuktian (populer)
f. Menghindarkan penggunaan ragam lisan
(pergaulan) dalam bahasa tulis.
Contoh: tulis, baca, kerja (bahasa lisan) : menulis, membaca, mengerjakan (bahasa tulis)
Gaya bahasa
Gaya bahasa adalah penggunaan kata kiasan dan
perbandingan yang tepat untuk
mengungkapkan perasaan dan pikiran dengan maksud tertentu, gaya bahasa berguna
untuk menimbulkan keindahan dalam karya sastra atau dalam berbicara.
Macam macam gaya bahasa
1. Gaya bahasa penegasan
a. Inversi: adalah gaya bahas yang berupa susunan
kalimat terbalik dari subyek-predikat menjadi predikat-subjek.
Contoh: indah benar pemandangannya.
b. Retoris: gaya bahasa berupa kalimat tanya yang tidak
memerlukan jawaban.
Contoh: bukankah tugas kalian masih banyak?
c. Koreksio: gaya bahasa yang mengoreksi kata-kata yang dianggap
salah dengan kata-kata pembetulannya.
Contoh: dia sedang
tidur,oh ternyata sedang di kamar kecil.
d. Repetisi: gaya bahasa dengan mengulang ulang kata atau
kelompok kata. Repetisi sering digunaka dalam pidato.
Contoh: kita harus
berusaha, kita harus belajar, kita harus bisa sehingga kita harus
pintar.
e. Paralelisme: gaya bahasa dengan pengulangan yang sering
dipakai dalam puisi. Dapat dibedakan menjadi dua yaitu anafora dan epifora.
f. Enomerasio: gaya bahasa yang menyebutkan beberapa peristiwa
saling berkaitan sehingga membentuk satu kesatuan.
Contoh: bintang-bintang
gemerlapan, rembulan bersinar, angin berembus sepoi-sepoi.
g. Klimaks: gaya bahasa yang mengungkapkan bebrapa hal secara berturut-turut
semakin memuncak.
Contoh: sejak
detik,menit,jam dan hari ini saya tidak merokok lagi.
h. Antiklimaks: gaya bahasa yang menyatakan beberapa hal secara
berturut-turut semakin menurun.
Contoh: jangan seribu,
seratus, serupiah bahkan sesen pun aku tidak membawa uang.
i. Asidenton: gaya bahasa yang menjelaskan beberapa hal sederjat
secara berturut-turut tanpa kata penghubung.
Contoh: baju, celana, kaos, sarung dan kaos kaki dicuci semuanya.
j. Polisidenton: gaya bahasa yang menjelaskan beberapa hal sederajat
secara berturut-turut dengan kata penghubung,
Contoh: buku cerita
dan sepatu serta tas dibeli oleh kakak untuk adik.
k. Pleonasme: gaya bahasa yang menggunakan kata tambahan secara
berlebihan
Contoh: anak-anak sedang turun ke bawah.
l. Tautologi: gaya bahasa dengan pengulangan kata,kelompok kata,
atau sinonimnya.
Contoh: datang, Datanglah malam ini juga wahai sahabatku.
m. Praterito: gaya bahasa yang menyembunyikan maksud agar
ditebak oleh pembaca atau pendengarnya.
Contoh: senang sekali
bisa diterima kuliah di UGM. Kelak kalian dapat merasakan sendiri.
n. Elipsis: gaya bahasa yang menggunakan kalimat elips (kalimat
tidak lengkap).
Contoh: ayo, tidur! (maksudnya: ayo, anak-anak tidur!)
o. Interupsi: gaya bahasa yang menggunakan kata atau kelompok
kata yang disisipkan untuk menjelaskan sesuatu.
Contoh: buku ini, yang
ku cari selama ini, yang kudapatkan dari seorang teman.
p. Ekslamasio: gaya bahasa yang menggunakan kata seru. Yang termasuk kata seru di antaranya, yaitu ah, aduh, amboi, astaga, awas, oh, wah.
Contoh: awas, ada anjing galak!
2. Gaya bahasa perbandingan
a. Tropen: gaya bahasa yang menggunakan kata atau istilah lain
dalam istilah sejajar.
Contoh: pikirannya
melambung tinggi (sejajar dengan memikirkan hebat-hebat).
b. Simbolik: gaya bahasa yang menggunakan perbandingan
simbol (lambang) benda, binatang, atau tumbuhan.
Contoh: lintah darat harus dibasmi.
c. Antonomasia: gaya bahasa yang menggunakan kata
(sebutan) tertentu untuk menggantikan nama orang atau sebaliknya.
Contoh: kartini adalah Srikandi Indonesia.
d. Alusio: gaya bahasa yang mengggunakan ungkapan.pribahasa,
atau sampiran pantun secara lazim.
Contoh: petugas itu dijasikan kambing hitam.
e. Eufismisme: gaya bahasa yang menggunakan kata atau kelompok
kata penghalus.
Contoh: ia sedang ke
kamar belakang (kamar belakang penghalus dari WC).
f. Litotes: gaya bahasa yang menggunakan kata berlawanan untuk
merendahkan diri.
Contoh: ayo mampir ke gubuk
kami (rumah).
g. Hiperbola: gaya bahasa yang menyatakan sesuatu secara
berlebihan.
Contoh: tawanya menggelegar
hingga membelah bumi.
h. Perifrasis: gaya bahasa yang menggunakan suatu kata atau
kelompok kata dengan kata atau kelompok lain.
Contoh: aku merasa
senang dapat belajar di kota pelajar
(Yogyakarta).
i. Personifikasi: gaya bahasa yang menggambarkan
benda mati seolah-olah hidup atau bernyawa.
Contoh: Buih laut menjilat
pantai.
j. Sinekdoke: gaya bahsa yang menyebutkan sebagian, tetapi yang
dimaksud ialah seluruh bagian atau sebaliknya.
1. Pars protato: gaya bahsa yang menyatakan sebagian, tetapi
untuk seluruhb bagian.
Contoh: setiap kepala harus membayar uang dua
ribu rupiah (setiap kepala: setiap orang).
2. Totem proparte: gaya bahsa yang menyatakan seluruh bagian
untuk sebagian.
Contoh: Flu burung
menyerang Indonesia. (maksudnya penyakit flu burung menyerang beberapa orang
Indonesia).
k. Metonimia: gaya bahasa yang menggunakan suatu nama
barang,tetpi yang dimaksud adalah benda lain.
Contoh: setiap hari aku
minum aqua (maksudnya adalah air minum)
l. Alegori: gaya bahasa yang membandingkan kehidupan manusia
dengan alam secara utuh.
Contoh: keduanya
selamatlah sampai di pantai yang dituju. (maksudnya mencapai kehidupan yang bahagia).
m. Metafora: gaya bahasa yang menggunakan kata atau elompok kata
dengan arti bukan sesungguhnya untuk membandingkan suatu benda lainnya.
Contoh: si jantung
hatinya telah pergi tanpa pesan (jantung hati kekasih)
n. Simile: gaya bahasa yang menggunakan kata-kata perbandingan
antara lain seperti bak umpama, laksana, bagaikan.
Contoh: wajah kedua orang itu bagaikan dibelah dua.
3. Gaya bahasa pertentangan
a. Paradoks: gaya bahasa yang mengandung
dua pernyataan saling bertentangan,tetapu mengandung kebenaran.
Contoh: hatinya bersedih dihari
ulang tahunnya yang meriah ini.
b. Antisesis: gaya bahasa yang
menggunakan paduan harta dengan arti bertentangan.
Contoh: kaya atau miskin sama
dihadapan Tuhan.
c. Anokronisme: gaya bahasa yang
pernyataannya tidak sesuai dengan pristiwa.
Contoh: kerajaan majapahit runtuh
karena diserang Sriwijaya.
d. Kontradiksio: gaya bahasa yang
mengandung pertentangan.
Contoh: semua pengunjung dilarang
masuk kecuali petugas.
e. Okupasi: gaya bahasa yang mengandung
pertentangan, tetapi diberi penjelasan.
Contoh: dulunya ia anak bandel,
tetapi sekarang ia baik.
4. Gaya bahasa sindiran
a. Ironi: gaya bahasa sindiran yang
halus.
Contoh: harum benar bau
badanmu, sudah dua hari kamu belum mandi.
b. Sinisme: gaya bahasa sindiran yang
agak kasar.
Contoh: aku muak setiap melihat
mukanya.
c. Sarkasme: gaya bahasa sindiran yang
sangat kasar.
Contoh: benar-benar kamu badak.
d. Antifrasis: gaya bahasa ironi dengan
kata atau kelompok kata yang berlawanan.
Contoh: “lihatlah si gendut ini”,
ketikas si kurus datang.
e. Inuendo: gaya bahasa sindiran yang
mengecilkan kenyataan sebenarnya.
Contoh: jangan heran bahwa ia menjadi
kaya karena pelit.
Idiom dan ungkapan idiomatis
Idiom adalah
unkapan bahasa yang artinya tidak secara langsung dapat dijabarkan dari
unsur-unsurnya, misalnya gulung tikar, adu domba, muka tembok, tidak
boleh dipertukarkan susunannnya menjadi tikar gulung, domba adu, tembok muka
karena tiga kelompok kata yang terakhir bukan idiom.
Kedua contoh kata dibawah ini belum
idiomatik.
1.
Polisi bertemu maling
2.
Berita selengkapnya dibacakan Tiara Indrian
Seharusnya:
1.
Polisi bertemu dengan maling.
2.
Berita selengkapnya dibacakan oleh Tiara Indrian.
Jadi, dalam hal pemakaian kata ada
kalanya kita perlu memperhatikan kata berpasangan karena kedua kata itu secara
bersama dapat menciptakan ungkapan idiomatik.